Kota Cimahi, Suara Indonesia Post.Com- Tumpukan sampah plastik di Kota Cimahi makin menggunung, sementara tempat pembuangan akhir di Sarimukti nyaris tak bisa lagi menampung. Di tengah situasi itu, Wali Kota Cimahi, Ngatiyana, turun tangan. Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Internasional, ia menginstruksikan pembersihan serentak dari tingkat kelurahan hingga RW, dengan satu pesan tegas: plastik sekali pakai harus dihentikan.
"Polusi plastik sudah sangat mengkhawatirkan. Kami sudah keluarkan surat edaran agar masyarakat tidak lagi menggunakan kantong kresek saat Idul Adha. Gunakan besek atau bahan lain," kata Ngatiyana dalam keterangan resminya, Kamis pagi, 5 Juni 2025.
Instruksi ini tak sekadar himbauan. Ngatiyana mengancam akan memberi sanksi kepada warga yang kedapatan membuang sampah sembarangan, khususnya plastik. Ia menyebut pengolahan dan pemilahan dari rumah tangga akan menjadi keharusan, menyusul terbatasnya jatah pengiriman sampah Cimahi ke Sarimukti yang kini hanya 17 rit dari sebelumnya 44 rit per hari.
"Sampah plastik tidak boleh dibakar karena mencemari udara. Dan kita tidak bisa lagi bergantung pada TPA Sarimukti," ujar dia.
Sebagai solusi, Pemerintah Kota Cimahi berencana memasang sepuluh unit mesin daur ulang (inseminator) di tiap kelurahan. Mesin ini diklaim mampu mengolah 10 hingga 20 ton sampah per unit. Namun, realisasi masih di tahap pemesanan. “Mesinnya sedang kami pesan, tidak bisa langsung datang. Tapi ini akan menjadi prioritas,” katanya.
Sementara Peraturan Daerah (Perda) tentang larangan plastik sekali pakai masih dalam proses. "Perda sedang digodok Dinas Lingkungan Hidup. Mudah-mudahan segera rampung sebagai dasar hukum yang kuat," kata Ngatiyana.
Namun, kritik bermunculan. Sejumlah aktivis lingkungan menilai kebijakan Pemkot Cimahi terkesan reaktif dan terlambat. "Kenapa baru sekarang soal plastik jadi prioritas? Padahal masalah ini sudah akut bertahun-tahun," kata salah satu aktivis yang enggan disebutkan namanya.
Meski begitu, Ngatiyana tampak yakin langkah ini akan jadi titik balik. "Ini bukan sekadar kampanye tahunan. Ini momentum perubahan," ujarnya. (Atep)